Cinta itu kadang seperti oksigen, kemanapun kau pergi ia akan selalu ada. Entah seberapa besar kandungannya, tapi ia selalu ada. Kau mungkin tak menyadarinya, namun perlahan ia mulai menarik perhatianmu.
Ini mungkin tentang kisah cinta klise yang dialami banyak orang. Tentang sebuah penantian dan harapan, serta tentang sebuah kesempatan dan kekecewaan. Kau tidak pernah jatuh cinta? Percaya padaku, kau berbohong. Kau pasti pernah, coba kau ingat kembali sosok yang selalu kau perhatikan dan selalu kau intai. Walau kau tak pernah menyatakan kau jatuh cinta, tapi hati mu pernah merasakannya.
Ya, aku pernah jatuh cinta. Aku jatuh cinta terlalu dini. Kala itu aku masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Pertemuan yang tak terduga, cinta pada pandangan pertama, dan penantian yang cukup lama. Ini kisah ku. Entah sudah berapa lama aku nenampung rasa ini. Karena waktu terus berjalan, jarum terus berputar, dan mentari tak pernah berhenti bersinar. Enam tahun. Kurang lebih angka itu menunjukan waktu pertama kali aku melihatnya. Ya, hanya melihatnya, perkenalan baru terjadi 3 hingga 4 tahun silam.
Ini juga tentang rasa yang tak pernah pudar. Aku pernah menjauh sejenak darinya, pernah berusaha lari, juga menghilang. Berusaha memusnahkan rasa cinta yang ada kepadanya. Mencintai sosok lain? Aku rasa aku pernah menyobanya. Berkomitmen pada suatu hubungan juga pernah, namun entahlah.. Apapun yang aku lakukan, sekeras apapun aku berusaha menghilangkannya. Cinta akan selalu ada disana, menungguku untuk mengakuinya. Menungguku untuk tetap sabar pada penantian. Memaksaku untuk kembali pulang ke rumah ternyaman itu.
Entah sampai kapan.
Entah sampai kapan.
Entah sampai kapan.